21 October 2016

TEORI KOGNITIF SOSIAL (Albert Bandura)

INTI SARI TEORI KOGNITIF SOSIAL
A.   Pendahuluan
Albert Bandura dan rekan-rekan melakukan studi-studi pembelajaran observasional yang hasilnya adalah orang dapat mempelajari tindakan-tindakan baru hanya dengan mengamati orang lain melakukannya. Penguatan tidak diperlukan supaya pembelajaran dapat terjadi. Hasil ini membantah asumsi-asumsi dari teori pengkondisian. Teori kognitif sosial adalah teori yang menonjolkan gagasan bahwa sebagian besar pembelajaran manusia terjadi dalam sebuah lingkungan sosial.
B.   Asumsi-asumsi Teori Kognitif Sosial
1.        Proses Kausalitas Timbal Balik Tiga Sisi

Gambar 1. Model Kausalitas Timbal-balik Tiga-sisi.
a.       Person à Behavior (orang à perilaku) : keyakinan-keyakinan mengenai efikasi-diri memengaruhi perilaku-perilaku berprestasi seperti pilihan tugas-tugas, ketekunan, pencurahan usaha, dan penguasaan keterampilan.
b.      Behavior à Person (perilaku à orang) : indikator-indikator kemajuan yang dialami seseorang menunjukkan bahwa ia mampu bekerja dengan baik dan dapat meningkatkan efikasi-dirinya untuk terus belajar.
c.       Person à Environment (orang à lingkungan) : efikasi-diri yang dimiliki seseorang dapat menimbulkan reaksi dari individu-individu dalam lingkungan sosialnya.
d.      Environment à Person (lingkungan à orang) : umpan balik yang diberikan oleh orang lain dapat memengaruhi efikasi-diri.
e.       Environment à Behavior (lingkungan à perilaku) :  lingkungan dapat memengaruhi seseorang untuk melakukan tindakan atau perilaku.
f.       Behavior à Environment (perilaku à lingkungan) :  perilaku seseorang dapat  mempengaruhi lingkungan di sekitarnya.
2.        Pembelajaran Melalui Praktik dan Pengamatan
Pembelajaran itu sebagian besar merupakan aktivitas pengolahan informasi di mana informasi tentang struktur perilaku dan peristiwa-peristiwa lingkungan ditransformasikan menjadi representasi-representasi simbolis yang berperan sebagai tuntunan-tuntunan bagi tindakan (Bandura, 1986).
a.      Pembelajaran melalui praktik (enactive learning)
Pembelajaran melalui praktik adalah belajar dari akibat-akibat atas tindakan-tindakan sendiri. Teori kognitif sosial berpandangan bahwa akibat-akibat perilaku bukan memperkuat perilaku sebagaimana yang dinyatakan oleh teori-teori pengkondisian , tetapi berperan sebagai sumber-sumber informasi dan motivasi.
b.      Pembelajaran melalui pengamatan (vicarious learning)
Pembelajaran melalui pengamatan bersumber dari hasil mengamati atau mendengarkan model-model yang hidup, simbolis atau non-manusia, elektronik, atau media cetak. Sumber-sumber pengamatan dapat mempercepat pembelajaran dan juga menjaga seseorang supaya tidak mengalami akibat-akibat negatif secara langsung.
3.        Perbedaan Antara Pembelajaran (Learning) dan Praktik (Performance)
Teori kognitif sosial menyatakan bahwa mempelajari dan mempraktikkan merupakan proses yang berbeda. Sebagai contoh di sekolah siswa mempelajari suatu pengetahuan, tetapi mereka tidak akan menggunakan pengetahuan tersebut untuk meningkatkan pembelajaran sebelum mereka mempraktikkannya di rumah.
4.        Peran Pengaturan-Diri dalam Teori Kognitif Sosial
Salah satu asumsi utama dari teori kognitif sosial adalah bahwa orang ingin “mengendalikan peristiwa-peristiwa yang memengaruhi hidup mereka” dan melihat diri mereka sendiri sebagai pelaku (Bandura, 1997). Hal yang paling penting dalam konsepsi kesadaran sebagai pelaku adalah pengaturan diri, yaitu proses di mana individu mengaktifkan dan mempertahankan perilaku, kognisi, dan pengaruh yang secara sistematis diorientasikan terhadap pencapaian tujuan (Zimmerman & Schunk, 2001).
Menurut Bandura, Kanfer, dan Gaelick (1986), pengaturan-diri terdiri dari tiga proses: pengamatan diri, penilaian diri, dan reaksi diri. Zimmerman (1998, 2000) mengusulkan bahwa pengaturan-diri mencakup tiga fase: pertimbangan, kontrol tindakan, dan refleksi diri.
C.   Proses-Proses Pemodelan
1.      Teori-teori Peniruan
Tabel 1. Teori-teori Peniruan
Pandangan
Asumsi
Insting
Tindakan-tindakan yang diamati dapat menghasilkan dorongan tak sadar untuk meniru tindakan-tindakan tersebut.
Perkembangan
Anak-anak meniru tindakan-tindakan yang sesuai dengan struktur-struktur kognitif yang telah mereka miliki.
Pengkondisian
Perilaku-perilaku ditiru dan diperkuat melalui pembentukan. Peniruan menjadi sebuah kelompok respons yang digeneralisasikan.
Perilaku instrumental
Peniruan menjadi dorongan sekunder melalui penguatan respon-respon yang berulang yang sesuai dengan respon-respon model. Peniruan menghasilkan penurunan dorongan.

2.      Tiga Fungsi Pemodelan
Tabel 2. Fungsi-fungsi Pemodelan
Fungsi
Proses yang Mendasari
Pemfasilitasan Respons
Dorongan-dorongan las a menciptakan ajakan-ajakan bagi pengamat untuk mengikuti tindakan-tindakan.
Hambatan dan Penghilangan Hambatan
Tindakan-tindakan yang dimodelkan menciptakan harapan-harapan dalam diri pengamat untuk mengalami akibat-akibat yang serupa jika mereka melakukan tindakan-tindakan tersebut.
Pembelajaran Observasional
Proses-proses yang meliputi perhatian, pemertahanan, produksi, dan motivasi.

3.      Proses-Proses Pembelajaran Observasional
Proses-proses yang terjadi dalam pembelajaran observasional antara lain adalah:
a.             Perhatian
Perhatian seseorang dipengaruhi hal-hal berikut: karakteristik model atau tugas, nilai fungsi yang dirasakan dari aktivitas-aktivitas yang dimodelkan, penggunaan model-model yang kompeten, dan pendemonstrasian kegunaan perilaku-perilaku model.
b.            Pemertahanan atau retensi
Pemertahanan dapat ditingkatkan dengan cara mengulang informasi yang akan dipelajari, menyampaikannya dalam bentuk visual dan simbolis, dan menghubungkan materi baru dengan informasi sebelumnya yang telah disimpan dalam memori.
c.             Produksi
Produksi meliputi menerjemahkan konsepsi-konsepsi visual dan simbolis dari tindakan-tindakan yang dimodelkan menjadi perilaku-perilaku yang nyata. Keterampilan diperbaiki dengan berlatih, melalui umpan balik, dan penjelasan ulang.
d.            Motivasi
Akibat-akibat dari perilaku model memberikan informasi pada pengamat tentang nilai fungsi dan kesesuaian. Akibat ini memberikan motivasi dengan menciptakan harapan-harapan terhadap hasil akhir dan meningkatkan efikasi diri.

4.      Pembelajaran Keterampilan Kognitif
Terdapat dua aplikasi pemodelan untuk pengajaran, yakni:
a.      Pemodelan Kognitif
Pemodelan kognitif adalah pemodelan yang menggabungkan penjelasan dan praktik (demonstrasi), di mana model melisankan pikiran-pikirannya dan las an-alasan untuk melakukan tindakan-tindakan yang dimodelkan.
b.      Pengajaran-diri (self-instruction)
Pemodelan pengajaran diri memiliki beberapa kegunaan, yaitu mengajari siswa mengatur aktivitas-aktivitas mereka saat pembelajaran, menurunkan jumlah kesalahan, dan mengajari siswa bagaimana belajar menggunakan strategi.

5.      Pembelajaran Keterampilan Motorik
beberapa hal penting dalam pembelajaran keterampilan motorik, yaitu:
a.    Pembelajaran keterampilan motorik membutuhkan model mental. Model-model mental yang telah mendapatkan umpan balik dan perbaikan dapat membantu siswa melakukan aproksimasi terhadap keterampilan-keterampilan pada permulaan latihan.
b.   Teori pembelajaran motorik menitikberatkan pada perbaikan kesalahan setelah bertindak dan mengasumsikan dua mekanisme memori untuk menyimpan informasi dan menilai keakuratan (McCullagh, 1993).
c.    Satu masalah dalam pembelajaran keterampilan motorik adalah siswa tidak dapat mengamati aspek-aspek praktik mereka yang berada di luar jangkauan pandangan mereka. Tidak adanya umpan balik visual membuat pembelajaran menjadi sulit.
d.   Efek-efek dari model verbal (demonstrasi visual plus penjelasan verbal) membantu siswa dalam mempelajari keterampilan-keterampilan motorik dengan lebih baik.

D.  Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran dan Praktik Observasional
1.      Status Perkembangan
Perkembangan-perkembangan yang dialami siswa dalam proses pembelajaran antara lain meningkatnya kapasitas untuk memproses informasi, menggunakan strategi-strategi, membandingkan praktik dengan representasi memori, dan menggunakan motivator-motivator intrinsik.
2.      Keunggulan dan Kompetensi Si Model
Pengamat memberikan perhatian yang lebih besar terhadap model-model yang kompeten dan unggul. Pengaruh dari perilaku-perilaku model memberikan informasi tentang nilai fungsional. Pengamat berusaha untuk mempelajari tindakan-tindakan yang mereka yakini akan mereka perlukan untuk melakukan praktik.
3.      Pengaruh-pengaruh yang Dirasakan dari Mengamati Model
Pengaruh-pengaruh yang dirasakan dari mengamati model memberikan informasi tentang kesesuaian perilaku dan kemungkinan-kemungkinan hasil dari tindakan-tindakan. Pengaruh-pengaruh yang signifikan akan memotivasi pengamat. Kemiripan dalam karakteristik atau kompetensi menandakan kesesuaian dan mempertinggi motivasi.
4.      Penentuan Tujuan
Pengamat cenderung lebih memerhatikan model-model yang mendemonstrasikan perilaku-perilaku yang membantunya mencapai tujuan.

5.      Harapan-harapan akan Hasil
Pengamat cenderung lebih mempraktikkan tindakan-tindakan model yang mereka yakini sesuai dan akan memberikan hasil-hasil yang berharga.
6.      Nilai-nilai
Pengamat cenderung lebih memerhatikan model-model yang menampilkan perilaku-perilaku yang mereka yakini penting dan memberikan kepuasan pada dirinya.
7.      Efikasi-Diri
Pengamat memerhatikan model-model ketika ia yakin bahwa ia mampu mempelajari atau mempraktikkan perilaku yang dimodelkan. Pengamatan terhadap model-model yang serupa (dengan mereka) memengaruhi efikasi-diri (“Jika mereka bisa melakukannya, aku juga bisa”).

E.  Aplikasi-aplikasi untuk Pengajaran
1.      Model-model
Model-model guru dapat memfasilitasi pembelajaran dan memberikan informasi-informasi tentang efikasi diri. Selain itu, guru dapat memberikan informasi efikasi-diri persuasif terhadap siswa. Efikasi-diri akan diperkuat ketika siswa berhasil mengerjakan tugas yang diberikan. Model-model teman sebaya juga dapat meningkatkan motivasi dan pembelajaran siswa.
2.      Efikasi-diri
Seorang guru harus dapat mengukur efek-efek dari penggunaan metode-metode pengajaran terhadap efikasi-diri siswa dan pembelajaran mereka. Dalam upaya meningkatkan efikasi-diri siswa, seorang guru dapat menampilkan model-model kompeten (misalnya, siswa terpandai di kelas) yang berlaku sebagai tutor atau pengajar bagi para siswa yang kurang pandai dan disertai dengan periode-periode praktik mandiri.
3.      Contoh-contoh Terapan
Contoh-contoh terapan adalah gambaran-gambaran visual dari solusi-solusi permasalahan (Atkinson, Derry, Renkl, & Wortham, 2000). Contoh-contoh terapan menggabungkan model-model kognitif dan demonstrasi yang disertai dengan penjelasan. Dalam pembelajaran contoh-contoh terapan, siswa bukan belajar bagaimana menyelesaikan soal atau permasalahan tertentu, melainkan mempelajari keterampilan-keterampilan dan strategi-strategi umum yang dapat digunakan untuk menyelesaikan kelompok permasalahan yang lebih besar.
4.      Tutoring dan Mentoring
Stenhoff & Lignugaris (2007) menyatakan bahwa tutoring mengacu pada sebuah situasi di mana satu atau lebih orang berperan sebagai pelaku pengajaran untuk orang lain, biasanya dalam bidang studi tertentu atau untuk keperluan tertentu. Tutoring dapat dilakukan oleh teman sebaya. Tutor sebaya yang efektif adalah tutor yang dipandang oleh siswa tutoring mirip dengannya kecuali bahwa tutor tersebut memiliki keterampilan yang lebih tinggi daripada dirinya.
Mentoring adalah diajarkannya keterampilan-keterampilan dan strategi-strategi kepada para siswa atau profesional-profesional lainnya dalam konteks pemberian nasehat-nasehat dan pelatihan (Mullen, 2005). Mentoring menggabungkan pembelajaran dua arah dan keterlibatan antara mentor dan peserta mentoring. Mentoring juga melibatkan konsultasi dan pembimbingan model dalam jangka waktu yang lebih panjang.

BACA JUGA ARTIKEL

Bekerja: NASEHAT TENTANG KEHIDUPAN

*"MENUJU MASA TUA"* *1. Sisa umur ini pendek,* "selagi selera.....makanlah" "selagi layak........pakailah&...